Growmedia-indo.com
Kasus kematian akibat antraks di Gunungkidul, DI Yogyakarta tentu menimbulkan kekhawatiran. Namun Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan bahwa antraks tidak dapat menular dari manusia ke manusia.
Sebanyak tiga warga Gunungkidul meninggal akibat antraks. Mereka meninggal setelah ada kontak dengan hewan ternak yang mati akibat antraks. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi mengatakan penyakit ini menular dari hewan ke manusia atau penyakit zoonosis.
"Ini [penyakit] zoonosis, jadi penularannya tidak dari manusia ke manusia. Tidak perlu dilakukan karantina," kata Imran dalam konferensi pers virtual pada Kamis (6/7).
Antraks disebabkan bakteri Bacillus anthracis. Jika terpapar udara luar, bakteri otomatis membentuk spora yang berfungsi sebagai pelindung. Bakteri pun bisa bertahan hingga puluhan tahun dalam berbagai kondisi.
Bakteri akan menginfeksi manusia lewat kontak langsung dengan kulit (lesi terbuka), terhirup, atau konsumsi daging ternak yang terinfeksi. Kemudian pada kasus di luar negeri, bakteri bisa masuk lewat injeksi obat-obatan terlarang.
Adapun empat tipe antraks yakni, antraks kulit, antraks paru, antraks pencernaan dan antraks injeksi. Di Indonesia, kasus yang umum terjadi adalah antraks kulit.
"Tipe inilah yang paling banyak terjadi di Indonesia," kata Imran.
Antraks kulit menimbulkan gejala berupa lepuhan (blister). Bakteri masuk lewat kontak langsung atau lesi terbuka pada kulit. Imran berkata meski paling banyak terjadi, tipe ini memiliki case fatality rate (CFR) sebesar 20-25 persen.
Kalau CFR rendah, kenapa antraks di Gunungkidul bisa memicu kematian?
"Selama ini kasus antraks kulit [yang umum]. Yang ini [di Gunungkidul] antraks pencernaan," katanya.
Antraks pencernaan timbul akibat konsumsi daging yang terkontaminasi bakteri. Bakteri memicu lepuhan pada usus sehingga pasien bisa mengalami gejala diare campur darah atau muntah darah.
Kasus antraks pencernaan memiliki CFR sebesar 25-75 persen.
Kemudian yang paling berbahaya adalah antraks paru. Menurut Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementan Syamsul Ma'arif antraks pernapasan bisa menyebabkan kematian begitu cepat.
"Spora dihirup, dalam waktu 24 jam sudah mati. Beda lewat konsumsi daging. Kadang diare berdarah, muntah berdarah, ada waktu sela untuk penanganan," kata Syamsul dalam kesempatan serupa.
Sumber : CNNIndonesia
0 Komentar