Toba, Grownedia.com -
Danny Hilman Natawidjaja merupakan Research Professor di Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Lulusan California Institute of Technology itu juga mengungkapkan, bahwa Piramida Toba itu akan 'go public'.
"Akhirnya, keberadaan PIRAMID TOBA yang kami rahasiakan dulu selama setahun akan mulai 'go public' karena besok tanggal 23 September 2023, Bapak Menko Marves akan berkunjung ke sana untuk cek lokasi,"tulis Prof Danny Hilman Natawidjaja.
Terkait lokasnya, Prof Danny Hilman Natawidjaja belum mengungkapkannya.
"Belum bisa saya bilang (lokasinya) di sini ya, maaf, mohon bersabar,"tulisnya.
Menurut Prof Danny, struktur "Piramid" Toba ini jelas tidak sederhana.
"Batu-batu penyusunnya banyak yang besar-besar, sebesar kerbau sampai atas. Tingginya 120 meter!"bebernya.
Penjelasan Prof Danny, preserved strukturnya masih jelas, tinggal dibersihin saja alang-alangnya.
"Yang (terlihat) di foto itu cuma bagian atasnya saja, paling seperempatnya, ke bawah itu masih jauh,"jelas Danny.
Prof Danny juga mengungkap bahwa di "Piramid" Toba itu ada artifak atau prasasti yang menyertai.
Meski prematur "go public-nya", namun kata Prof Danny, tidak masalah.
"Enggak apa-apa, sudah jalannya begitu mungkin. Dan mungkin tepat juga, karena ternyata sudah ada orang yang mau bikin rumah di teras 1 paling bawah, jadi memang sudah harus bergerak,"pungkasnya.
"Piramid" Toba ini juga ada kemiripan dengan situs Gunung Padang yang merupakan situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalitikum di Jawa Barat. "Iya ada miripnya (Situs Gunung Padang),"ujar Prof Danny.
Bagaimana tanggapan Bupati Toba, Poltak Sitorus?
Terkait isu tersebut, Bupati Toba Poltak Sitorus mengaku baru mendengarnya saat kehadiran Menkomarves Luhut Binsar Panjaitan di Toba, Sabtu (23/9/2023) hingga Minggu (24/9/2023).
Ia juga menyampaikan, dirinya tak tahu persis soal piramid Toba, termasuk lokasi dan strukturnya.
“Memang ada sepintas, enggak detail. Saya juga belum tahu banyak soal pyramid Toba itu,” tutur Poltak Sitorus, Senin (25/9/2023).tersebut benar-benar ada. Ia berharap, hal tersebut memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Selama ini, masyarakat hanya mengetahui soal proses alam terjadinya letusan Gunung Toba yang mengakibatkan adanya Danau Toba.
Dengan adanya penemuan piramid Toba, ia yakini masyarakat sekitar pun semakin paham akan proses alam.
“Kalaupun itu ada, kita bangga dong. Sekarang, bukan cuman event lagi dan soal peristiwa terjadinya letusan Gunung Toba. Ini sudah menjadi biasa,” terangnya.
Melalui penelitian, info soal piramid tersebut akan terbuka kepada publik. Pasalnya, hingga saat ini, lokasi pyramid tersebut belumlah ia ketahui.
“Itu memang membutuhkan riset atau penelitian, soal bagaimana sebenarnya lokasinya dan siapa telah melihat itu,” tuturnya.
“Kalau lokasi belum tahu persis. Hanya sepintas kami bicarakan soal itu. Soal apakah lokasinya dirahasiakan, saya juga enggak tahu. Yang pasti saya tidak tahu banyak,” tuturnya.
“Beliau (Luhut Binsar Panjaitan) juga ikut memberangkatkan para pelari marathon. Ia sampaikan juga agar event tersebut dapat dijadikan sebagai event tahunan. Ia sangat mendukung kegiatan tersebut,” pungkasnya.
Sekadar Tentang Situs Gunung Padang
Situs Gunung Padang hingga saat ini masih dilakukan penelitian.
Situs Gunung Padang merupakan situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalitikum di Jawa Barat. Tepatnya berada di perbatasan Dusun Gunungpadang dan Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur.
Lokasi dapat dicapai 20 kilometer dari persimpangan kota kecamatan Warungkondang, di jalan antara Kota Kabupaten Cianjur dan Sukabumi.
Luas kompleks utamanya kurang lebih 900 m⊃2;, terletak pada ketinggian 885 m dpl, dan areal situs ini sekitar 3 hektar, menjadikannya sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara.
Penemuan
Laporan pertama mengenai keberadaan situs ini dimuat pada Rapporten van de Oudheidkundige Dienst (ROD, "Buletin Dinas Kepurbakalaan") tahun 1914.
Sejarawan Belanda, N. J. Krom juga telah menyinggungnya pada tahun 1949. Kemudian, tindak lanjutnya adalah kajian arkeologi, sejarah, dan geologi yang dilakukan Puslit Arkenas pada tahun 1979 terhadap situs ini.
Lokasi situs berbukit-bukit curam dan sulit dijangkau. Kompleksnya memanjang, menutupi permukaan sebuah bukit yang dibatasi oleh jejeran batu andesit besar berbentuk persegi.
Situs itu dikelilingi oleh lembah-lembah yang sangat dalam.[1] Tempat ini sebelumnya memang telah dikeramatkan oleh warga setempat. Penduduk menganggapnya sebagai tempat Prabu Siliwangi, raja Sunda, berusaha membangun istana dalam semalam.
Sementara, fungsi situs Gunungpadang diperkirakan adalah tempat pemujaan bagi masyarakat yang bermukim di sana pada sekitar 2000 tahun SM.
Hasil penelitian Rolan Mauludy dan Hokky Situngkir menunjukkan kemungkinan adanya pelibatan musik dari beberapa batu megalit yang ada.
Selain Gunungpadang, terdapat beberapa tapak lain di Cianjur yang merupakan peninggalan periode megalitikum/Zaman Batu.
Sumber : Tribunnews.com
0 Komentar