Jakarta, Grow Media Indonesia, Kemenangan Presiden Joko Widodo pada Pilpres 2014, bukan saja menjadi simbol kemenangan bagi PDIP atau partai pengusungnya, tetapi juga simbol keberhasilan para relawan.
Salah satunya relawan Pro Jokowi (Projo). Pada akhir pekan ini akan menggelar Rakernas yang mengumumkan arah dukungan mereka di Pilpres 2024. Eksistensi mereka masih terjaga.
Projo juga mewakili kelompok relawan yang dianggap berhasil. Ketua Umumnya, Budi Arie Setiadi ditunjuk Presiden Jokowi sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo).
Menjelang Pilpres 2019, beberapa kelompok relawan mulai bermunculan. PDIP mengklaim telah menerima 1.375 pendaftaran organisasi relawan pendukung Ganjar Pranowo di Pilpres 2024 hingga Juni lalu.
Sementara itu, Koalisi Indonesia Maju (KIM) pendukung Prabowo Subianto, dalam sepekan bisa menerima dukungan dua hingga tiga deklarasi dukungan kelompok relawan. Begitu pula dengan pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.
Ratusan kelompok relawan terus bermunculan dari berbagai latar belakang profesi, golongan, dan kelompok masyarakat.
Peneliti politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Jati mengungkap tren perubahan kelompok relawan mulai dikenal sejak pada Pilkada DKI Jakarta 2012. Menurut Wasis, kemunculan relawan kala itu seiring kebutuhan masyarakat mencari pemimpin yang bersih dan merakyat.
Pada Pilpres 2014, trennya mulai berubah. Kemunculan relawan seiring keinginan publik terhadap pemimpin yang muncul dari bawah akar rumput. Pada Pilpres 2019, relawan membawa tren opini pemimpin nasionalis dan moderat.
Di luar tren perubahan terhadap figur kepemimpinan, tren relawan akan tetapi juga terus berubah. Wasis menilai relawan saat ini lebih menyerupai sebagai timses alih-alih memainkan peran sebagai kontrol terhadap sosok yang mereka dukung.
"Kini yang terlihat memang fungsi monitoring itu tidak sekuat dulu dan kini sepertinya mirip tim sukses," ucap Wasis saat dihubungi, Jumat (13/10).
Lintas Segmen Pemilih
Namun di luar sejumlah tren perubahan tersebut, Wasis tak menampik relawan juga berperan penting pada pemenangan. Menurut dia, kekuatan relawan terletak pada militansi mereka untuk memetakan segmen pemilih.
Relawan bisa muncul dari berbagai segmen pemilih. Menurut Wasis, kekuatan tersebut tak sepenuhnya bisa dimiliki partai politik.
"Partai mungkin hanya fokus untuk kelompok pemilih konstituennya saja. Namun relawan bisa lintas segmen pemilih," kata dia.
Sementara itu, analis Politik Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago yakin relawan tak akan menggantikan peran partai politik. Namun, Pangi tak menampik, kekuatan relawan muncul seiring tren penurunan kepercayaan masyarakat terhadap partai politik.
"Sementara kepercayaan publik terhadap parpol mengalami penurunan drastis," kata Pangi saat dihubungi, Jumat (13/10).
Sayangnya, tak sedikit relawan kemudian bergerak didasari atas mobilisasi dan politik transaksional. Dia bahkan mencatat ada penurunan tren loyalitas kelompok relawan karena didasari atas kesukarelaan, bukan politik transaksional.
Meski begitu, relawan tetap dianggap sebagai fenomena yang membantu pemenangan. Pangi menilai, kemenangan seorang presiden pada Pemilu bukan disebabkan oleh variabel tunggal, namun didukung oleh berbagai variabel.
"Dalam pemenangan capres tidak hanya kekuatan tunggal. Tapi kalau rame-rame orang memberikan dukungan itu membawa efek psikologis untuk kemenangan," kata Pangi.
Sumber: Cnn
0 Komentar