Jakarta, Grow Media Indonesia,
Pemerintah Rusia merespon serangan udara di Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Gaza, Selasa (17/10/2023). Peristiwa mematikan itu telah membuat 500 orang tewas, termasuk anak-anak.
Al Jazeera dan Pemerintah Palestina menyebut militer Israel bertanggung. Sementara Tel Aviv yang sempat memosting serangan lalu menghapusnya di media sosial, menuding kelompok Jihad Islam (JI) sebagai pelaku.
Hal ini kemudian menimbulkan komentar dari sejumlah negara. Pemerintah Presiden Rusia Vladimir Putin salah satunya.
Rusia mengatakan Israel harus membuktikan bahwa mereka tidak terlibat. Israel, tegas Moskow, harus memberikan citra satelit untuk membuktikan bahwa mereka tak melakukan serangan rumah sakit di Gaza.
"Serangan itu sebagai kejahatan dan tindakan dehumanisasi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova, dikutip IRA, Rabu.
Di sisi lain, Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev menyebut serangan Israel terhadap RS Baptis Al-Ahli di Gaza sebagai "kejahatan perang,". Ia mengatakan bahwa tanggung jawab utama atas tindakan ini terletak pada Amerika Serikat (AS).
"Serangan mengerikan terhadap sebuah rumah sakit di Jalur Gaza jelas merupakan kejahatan perang," kata Medvedev pada Rabu di Telegram, mengutip media Turki.
"Tanggung jawab terakhirnya terletak pada mereka yang secara sinis menghasilkan uang dari perang di berbagai negara dan benua yang berbeda," tambahnya.
"Yang tanpa berpikir panjang mendistribusikan sejumlah besar uang untuk membeli senjata, membebani kompleks industri militer mereka. Yang secara keliru memproklamirkan misi global mereka untuk melindungi demokrasi. nilai-nilai Amerika Serikat," tegasnya.
Sebelumnya, serangan tersebut terekan di media sosial, di mana mayat-mayat berserakan di halaman rumah sakit. Menurut seorang reporter media Turki Anadolu, ribuan warga Palestina berada di rumah sakit ketika gedung tersebut dibombardir.
Sumber: Cnbc
0 Komentar