Dosen Teknik Industri UAD Berikan Penyuluhan Tentang Bahaya Limbah Minyak Jelantah Bagi Lingkungan Kepada Anggota Bank Sampah Bersih Bersama

 



BANTUL (D.I. YOGYAKARTA), GROWMEDIA-INDO.com - Tim dosen dari Program Studi (Prodi) Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta memberikan penyuluhan mengenai bahaya limbah minyak jelantah bagi lingkungan dan pelatihan pembuatan lilin dari minyak jelantah kepada pengurus maupun anggota Bank Sampah Bersih Bersama dan masyarakat di Dusun Karanganom, Kalurahan Sitimulyo, Kapanewon Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Pengabdian kepada Masyarakat (PPM/PkM) yang didanai oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UAD, yang dilaksanakan Sabtu 9 Maret 2024. Tim PkM terdiri atas 3 dosen Prodi Teknik Industri FTI UAD yang diketuai oleh Hayati Mukti Asih, Ph.D. dengan anggota Reni Dwi Astuti, S.T.P., M.T. dan Annie Purwani, S.T.P., M.T. serta dibantu oleh tim teknis Fitri Febryani, S.T.

Hayati menuturkan, pada awalnya ide pelatihan diawali dari diskusi dengan pengelola bank sampah. Dari diskusi tersebut didapatkan kesimpulan bahwa warga di sekitar bank sampah khususnya anggota bank sampah belum melakukan pengelolaan terhadap limbah jelantah yang dihasilkan dari rumah tangga.

"Oleh karena itu, dirasa perlu untuk memberikan penyuluhan terkait dampak minyak jelantah bagi lingkungan jika tidak dikelola dengan benar sekaligus pemanfaatannya," ujarnya, dalam keterangan tertulis, Rabu 20 Maret 2024.

Lebih lanjut, saat penyuluhan Reni menyampaikan bahwa minyak jelantah yang dibuang di selokan air, saluran air pembuangan di rumah atau di tanah, akan merusak kualitas air maupun tanah.

"Ketika minyak jelantah dibuang ke saluran air seperti sungai, danau, atau laut, ia membentuk lapisan tipis di permukaan air. Hal ini menghambat aerasi air dan menyebabkan gangguan pada ekosistem air," ungkapnya.

Lapisan minyak ini, kata Reni, juga menghalangi masuknya cahaya matahari ke dalam air, yang dapat mengganggu proses fotosintesis pada tanaman air dan ganggang, serta mengurangi kadar oksigen terlarut yang diperlukan oleh organisme akuatik.

Akumulasi minyak jelantah di tanah, lanjut Reni, juga dapat menghambat pertumbuhan tanaman dengan menghambat pertukaran udara dan air di dalam tanah, serta merusak struktur tanah yang penting untuk ketersediaan nutrisi bagi tanaman.

Setelah diberikan penyuluhan, peserta diberi pelatihan pembuatan lilin dari jelantah sebagai salah satu solusi pemanfaatan minyak jelantah.

Pelatihan diawali dari penjelasan bahan dan langkah-langkah pembuatan oleh Hayati. Dilanjutkan dengan mempraktikkan cara pembuatannya oleh Annie dan Fitri.

Selanjutnya, Annie menjelaskan, bahan yang diperlukan dalam pembuatan lilin cukup sederhanya, yaitu minyak jelantah yang sudah disaring dari ampasnya dan asam stearat.

Bahan yang sifatnya optional bisa ditambahkan seperti parafin atau sisa-sisa lilin, crayon yang tidak terpakai atau pewarna lainnya, dan pewangi.

Semua bahan dicampur dan dipanaskan dengan suhu sedang sambal diaduk-aduk hingga larut, kemudian dicetak dalam wadah yang sudah disiapkan sumbu di bagian tengahnya.

"Dalam pelatihan tersebut, peserta terlibat langsung dalam pembuatan lilin. Semua peserta sangat antusias untuk mempraktikkan di lokasi," ucapnya.

Sementara itu, Ida Nursani selaku Ketua Bank Sampah Bersih Bersama sungguh mengapresiasi pelatihan ini karena sangat bermanfaat bagi ibu-ibu di Dusun Karanganom.

Ida mengatakan bahwa ke depan dia akan mulai menggagas pengumpulan minyak jelantah di bank sampah.

"Dan direncanakan untuk mengembangkan pembuatan lilin ini dengan inovasi seperti penambahan aroma terapi juga pemanfaatan limbah kaleng atau kaca sebagai wadah lilin," kata dia. ***

0 Komentar