Singapura, Growmedia-indo.online-
Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan Pemerintah Singapura harus waspada terhadap tekanan inflasi yang belum mereda.
Ekonom IMF Masahiro Nozaki mengatakan sikap kebijakan moneter Singapura saat ini sudah tepat dan diarahkan pada disinflasi yang berkelanjutan.
"Namun, risiko terhadap inflasi masih cenderung ke atas," jelas dia, dilansir Business Times, Jumat, 17 Mei 2024.
Ia menyoroti konflik geopolitik yang semakin intensif dapat meningkatkan ketidakstabilan harga energi dan pangan global, dan pasar tenaga kerja yang ketat serta akumulasi tekanan biaya akibat pertumbuhan upah yang tinggi di masa lalu dapat menyebabkan berlanjutnya inflasi.
"Ketika disinflasi sudah terlihat jelas, kebijakan moneter harus disesuaikan secara tepat waktu untuk mengatasi risiko terhadap stabilitas harga, dengan tetap berpedoman pada data dan diartikulasikan melalui keputusan kebijakan yang dikomunikasikan dengan jelas," tambah dia.
Nozaki mengatakan pertumbuhan ekonomi Singapura memperoleh momentum pada paruh kedua 2023, menyusul perlambatan pada paruh pertama. Pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan permintaan global akan semikonduktor dan pulihnya sektor pariwisata.
Proyeksi ini sesuai dengan proyeksi pertumbuhan setahun penuh sebesar 2,1 persen yang dibuat oleh IMF dalam laporan World Economic Outlook 2024 yang dirilis pada bulan April.
Nozaki mengatakan inflasi umum dan inflasi inti Otoritas Moneter Singapura (MAS) diperkirakan akan moderat hingga tiga persen tahun ini. Inflasi inti MAS diperkirakan akan stabil pada kisaran dua persen pada 2025.
Faktor eksternal, seperti perlambatan ekonomi Tiongkok yang lebih besar dari perkiraan, kebijakan moneter ketat AS yang berkepanjangan, dan fragmentasi geo-ekonomi yang lebih dalam merupakan risiko utama terhadap prospek pertumbuhan Singapura,.
"Di sisi lain, pertumbuhan global yang lebih kuat akan berdampak positif pada Singapura," tambah dia.
Ia menyoroti konflik geopolitik yang semakin intensif dapat meningkatkan ketidakstabilan harga energi dan pangan global, dan pasar tenaga kerja yang ketat serta akumulasi tekanan biaya akibat pertumbuhan upah yang tinggi di masa lalu dapat menyebabkan berlanjutnya inflasi.
"Ketika disinflasi sudah terlihat jelas, kebijakan moneter harus disesuaikan secara tepat waktu untuk mengatasi risiko terhadap stabilitas harga, dengan tetap berpedoman pada data dan diartikulasikan melalui keputusan kebijakan yang dikomunikasikan dengan jelas," tambah dia.
Nozaki mengatakan pertumbuhan ekonomi Singapura memperoleh momentum pada paruh kedua 2023, menyusul perlambatan pada paruh pertama. Pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan permintaan global akan semikonduktor dan pulihnya sektor pariwisata.
Prediksi ekonomi Singapura
IMF memproyeksikan PDB Singapura akan pulih menjadi 2,1 persen pada 2024, dari 1,1 persen tahun lalu berkat pemulihan berkelanjutan di sektor-sektor seperti manufaktur, pariwisata, dan jasa yang berhubungan dengan konsumen.Proyeksi ini sesuai dengan proyeksi pertumbuhan setahun penuh sebesar 2,1 persen yang dibuat oleh IMF dalam laporan World Economic Outlook 2024 yang dirilis pada bulan April.
Nozaki mengatakan inflasi umum dan inflasi inti Otoritas Moneter Singapura (MAS) diperkirakan akan moderat hingga tiga persen tahun ini. Inflasi inti MAS diperkirakan akan stabil pada kisaran dua persen pada 2025.
Faktor eksternal, seperti perlambatan ekonomi Tiongkok yang lebih besar dari perkiraan, kebijakan moneter ketat AS yang berkepanjangan, dan fragmentasi geo-ekonomi yang lebih dalam merupakan risiko utama terhadap prospek pertumbuhan Singapura,.
"Di sisi lain, pertumbuhan global yang lebih kuat akan berdampak positif pada Singapura," tambah dia.
Sumber: metrotvnews.com
0 Komentar