Rafah, Growmedia-indo.online-
Israel bersumpah mengintensifkan serangan daratnya bertentangan dengan peringatan global mengenai nasib ratusan ribu warga sipil Palestina yang berlindung di Rafah, kota paling selatan Gaza pada Kamis, 16 Mei 2024.
Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan pasukan tambahan akan memasuki wilayah Rafah dan kegiatan ini akan meningkat.
“Ratusan sasaran telah diserang dan pasukan kami sedang bermanuver di daerah tersebut,” kata Gallant setelah kunjungan pasukan hari Rabu, 15 Mei 2024, dikutip dari Channel News Asia, Jumat, 17 Mei 2024.
Sekutu utamanya, Amerika Serikat (AS) bergabung dengan negara-negara besar lainnya dalam menyerukan Israel dalam menahan serangan darat penuh terhadap Hamas di Rafah, kota terakhir di Gaza yang sejauh ini terhindar dari pertempuran sengit di perkotaan.
Namun, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa serangan darat di Rafah adalah bagian penting dari misi tentara untuk menghancurkan Hamas dan mencegah terulangnya serangan 7 Oktober 2023 yang memicu perang.
“Pertempuran di Rafah sangat penting. Ini bukan hanya sisa batalyon mereka, ini juga seperti saluran oksigen bagi mereka untuk melarikan diri dan memberikan pasokan,” ungkap Netanyahu.
Banyak dari mereka melarikan diri dari Rafah menuju wilayah pesisir Al-Mawasi yang telah dinyatakan Israel sebagai zona kemanusiaan. Gambar satelit juga menunjukkan kota tenda baru yang luas bermunculan dekat kota utama Khan Yunis di selatan.
“Banyak pengungsi yang kelelahan, ketakutan, dan tidak punya sumber daya,” kata Kepala Tanggap Darurat Korps Medis Internasional di Gaza, Javed Ali.
Ali yang bekerja di rumah sakit lapangan, Al-Mawasi dan merupakan veteran bantuan di berbagai zona perang mengatakan situasi di Gaza jauh lebih dahsyat dibandingkan situasi apa pun yang pernah dilihat sebelumnya.
“Jumlah besar kasus trauma, kurangnya sumber daya, terputusnya rantai pasokan. Hal ini menjadi sesuatu yang belum pernah saya lihat,” tuturnya.
Dermaga Gaza rampung
Menurut penghitungan AFP atas angka resmi Israel, perang tersebut pecah setelah serangan 7 Oktober di Israel selatan yang mengakibatkan kematian lebih dari 1.170 orang di antaranya sebagian besar warga sipil.
Sementara itu, para militan juga menyandera sekitar 250 sandera, ada 128 sandera diperkirakan masih berada di Gaza, termasuk 38 orang menurut militer Israel yang tewas.
Menurut kementerian kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas, pembalasan militer Israel yang dahsyat telah menewaskan sedikitnya 35.272 orang, sebagian besar warga sipil.
Pengepungan Israel di Gaza telah menyebabkan kekurangan makanan beserta air bersih, obat-obatan dan bahan bakar bagi 2,4 juta penduduknya. Ancaman kelaparan tersebut melanda sebagian wilayah yang dilanda perang.
Kedatangan konvoi bantuan sesekali telah melambat sejak pasukan Israel mengambil kendali pekan lalu di sisi penyeberangan Rafah, Gaza.
Di sisi lain, militer AS mengatakan mereka telah menyelesaikan dermaga sementara di pantai Gaza, bagian dari proyek untuk mengirimkan pasokan bantuan dari pulau Siprus di Mediterania.
Komando Pusat AS memperkirakan sekitar 500 ton bantuan akan dikirimkan melalui beberapa kapal dalam beberapa hari mendatang.
Namun, Farhan Haq sebagai Wakil Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB dari Antonio Guterres, mengatakan negosiasi masih berlangsung mengenai alur bantuan yang akan didistribusikan setelah Washington mengesampingkan keterlibatan pasukannya.
“Mendapatkan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan ke dalam dan melintasi Gaza tidak dapat, serta tidak boleh bergantung pada dermaga apung yang jauh dari tempat yang paling membutuhkan,” tegas Haq pada pilihan PBB untuk jalur darat.
Dalam kasus yang diajukan ke Mahkamah Internasional di Den Haag, Afrika Selatan menuduh Israel meningkatkan hal yang mereka sebut sebagai genosida di Gaza dan mendesak pengadilan tersebut untuk memerintahkan penghentian serangan Israel terhadap Rafah.
“Sebagai pusat kemanusiaan utama untuk bantuan kemanusiaan di Gaza. Jika Rafah jatuh, Gaza juga akan jatuh,” kata Afrika Selatan dalam pengajuannya.
“Dalam menyerang Rafah, Israel menyerang ‘perlindungan terakhir’ di Gaza dan satu-satunya wilayah tersisa di Jalur Gaza yang belum dihancurkan secara signifikan oleh Israel,” tambah dokumen tersebut.
Israel akan memberikan tanggapannya di hari Jumat dalam menggambarkan kasus Afrika Selatan sebagai tidak berdasar. (Theresia Vania Somawidjaja)
Sumber: metrotvnews.com
0 Komentar