Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dalam Organisasi Terhadap Kepribadian Ekstrovert dan Introvert



Penulis
Bunga Artamevia Taru
Imroatun Nurul Jannah
Syauqiyah Balqis Salma


GROWMEDIA-INDO.com | SLEMAN - Gaya kepemimpinan mempengaruhi budaya, kinerja, dan kepuasan anggota organisasi.

Sangat penting untuk memahami bagaimana gaya kepemimpinan tertentu mempengaruhi seseorang dalam situasi tertentu, terutama di  perguruan  tinggi seperti universitas.

Universitas bukan hanya tempat untuk belajar, tetapi juga lingkungan sosial di mana siswa belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain, belajar tentang kepemimpinan dan membentuk identitas mereka sendiri.

Oleh karena itu, kepemimpinan memainkan peran penting dalam membentuk pengalaman siswa.

Dalam kepribadian ekstrovert dan introvert tentu saja terdapat sebuah perbedaan yang signifikan, dalam interaksi nya ekstrovert cenderung mencari kesenangan dengan berinteraksi dengan individu ataupun kelompok lainnya, kepribadian ekstrovert ini biasanya memiliki sifat ekspresif, ceria, ramah dan juga energik.

Berbanding terbalik dengan seseorang yang memiliki kepribadian introvert.

Dimana seseorang yang memiliki kepribadian introvert ini cenderung mencari ketenangan dengan berfokus pada diri mereka sendiri, dalam interaksi nya introvert lebih menyukai aktivitas yang merefleksi diri.

Teori keperilakuan kepemimpinan seperti Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) telah digunakan secara luas untuk memahami perbedaan individu dalam perilaku, preferensi, dan interaksi sosial. Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) memberikan kerangka kerja yang bermanfaat untuk memahami bagaimana individu bereaksi terhadap lingkungan tertentu berdasarkan preferensi kepribadian mereka.

Terdapat sejumlah besar penelitian yang mempelajari gaya kepemimpinan dan perilaku dalam organisasi.

Namun, penelitian yang secara khusus menyelidiki bagaimana gaya  kepemimpinan dalam organisasi mempengaruhi perilaku mahasiswa di tingkat universitas terbilang belum cukup banyak, terutama ketika menggunakan kerangka Myers-Briggs Type Indicator (MBTI).

Kepemimpinan
Pemimpin adalah orang yang memiliki kemampuan untuk memotivasi, menginspirasi dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.

Proses kepemimpinan mempengaruhi dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok termasuk memberikan arahan, membuat keputusan dan memotivasi anggota tim untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

Stephen P. Robbins (2017) dalam bukunya yang diberi judul “Perilaku Organisasi” mendefinisikan kepemimpinan adalah sebuah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan.

Kepemimpinan adalah pengaruh antara pribadi yang dijalankan dalam situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuan tersebut.

Dalam pengertian tersebut menunjukkan bahwa seorang pemimpin bertanggung jawab untuk mengarahkan dan memotivasi anggota kelompoknya untuk mencapai tujuan dan visi organisasi.

Membangun hubungan yang kuat, menginspirasi, dan memberdayakan kelompok adalah bagian dari kepemimpinan.

Kepribadian
Kepribadian adalah pola perilaku, pikiran dan emosi yang unik bagi setiap orang.

Ini mencakup berbagai aspek, seperti sikap, kebiasaan, preferensi dan cara berinteraksi dengan orang lain.

Berbagai faktor, seperti keturunan, lingkungan sosial, pengalaman hidup dan perkembangan personal, memengaruhi kepribadian seseorang. Kepribadian adalah pola sifat dan karakteristik tertentu, yang relatif permanen dan memberikan, baik konsistensi maupun individu pada perilaku seseorang (Feist dan Feist, 2013).

Pada dasarnya, kepribadian adalah suatu karakteristik mental yang membentuk identitas suatu individu.

Prof. Dr. H. Kartini Rustandi, M.Psi. (2008) dalam tulisannya yang diberi judul “Psikologi Kepribadian” memberikan definisi kepribadian sebagai susunan yang dinamis dari sifat-sifat psikis, fisik dan sosial yang terintegrasi, yang menentukan pola tingkah laku individu dalam interaksi dengan lingkungannya.

Kepribadian memainkan peran penting dalam membentuk bagaimana seseorang berinteraksi dengan lingkungannya, baik dalam konteks personal, sosial, atau profesional.

Dalam hal ini beliau menekankan betapa pentingnya integrasi antara berbagai aspek kepribadian dalam membentuk pola tingkah laku seseorang dalam berbagai situasi dan hubungannya dengan lingkungannya.

Ekstrovert dan Introvert
Menurut Prof. Dr. Kartini Kartono (2010),  kepribadian ekstrovert adalah tipe individu yang energinya cenderung diarahkan keluar, sedangkan introvert adalah tipe yang energinya diarahkan ke dalam diri sendiri.

Sedangkan Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono (2011) berpendapat bahwa ekstrovert adalah individu yang berorientasi pada aktivitas luar dan hubungan sosial, sementara introvert adalah individu yang lebih berorientasi pada pemikiran dan perasaan sendiri.

Ciri-ciri kepemimpinan seseorang mempunyai sifat yang panjang dan sejarah kontroversial, di mana beberapa literatur mendukung ekstrovert dan beberapa mendukung introvert.

Introvert berpikir hati-hati dan menganalisis detail sebelum berbicara, yang merupakan ciri utama seorang pemimpin (Farrell, 2017).

Seperti yang diungkapkan Hautala (2006), introvert mendukung perilaku yang mendorong dan ekstrovert menetapkan target dan visi untuk bawahannya.

Hal ini menggambarkan aspek positif dari keduanya introvert dan ekstrovert.

Menurut Farrell (2017) pemimpin ekstrovert lebih baik dalam menjalankan organisasi proyek di mana pemimpin introvert ideal dalam.

Secara budaya, ekstrovert memang demikian dilihat sebagai individu yang suka bertindak, suka bekerja dengan orang lain dan berorientasi pada prestasi.

Menurut Farrell (2017) ekstrovert membangun energi dan ide secara eksternal dengan cara mengembangkan interaksi sosial.

Hakim, dkk. (2002) menjelaskan bahwa ekstrovert sangat kuat terkait dengan kepemimpinan sosial di mana para pemimpin ingin berbicara kepada banyak orang.

Selanjutnya, mereka telah mengilustrasikan bahwa ekstrovert adalah sifat yang paling penting, baik karena mudah bergaul maupun dominan orang lebih cenderung untuk menegaskan diri mereka sendiri dalam situasi kelompok.

Perbedaan Gaya Kepemimpinan Dalam Organisasi Terhadap Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Berdasarkan Myers Briggs Type Indicator
Dalam dunia organisasi, tentunya memerlukan pemimpin untuk memberikan arahan terhadap para anggota nya.

Gaya kepemimpinan seseorang dalam organisasi dipengaruhi oleh kepribadian orang tersebut yang berdasarkan Myers Briggs Type Indicator (MBTI) dilihat dari perspektif introvert ataupun ekstrovert.

Berdasarkan hasil kajian pustaka yang telah dilakukan dapat ditemukan bahwa seorang dalam suatu organisasi yang memiliki kepribadian introvert cenderung memiliki kenyamanan untuk berkomunikasi dalam kelompok kecil dan menyukai pengambilan keputusan secara mendalam dan detail, berbanding terbalik dengan seorang pemimpin yang memiliki kepribadian ekstrovert di mana mereka cenderung lebih aktif dan lebih menyukai berinteraksi dengan tim.

Seorang pemimpin ekstrovert cenderung dinilai oleh masyarakat sebagai pemimpin ideal.

Hal ini dikarenakan seorang ekstrovert memberi kesan bahwa mereka adalah komunikator yang baik.

Energi yang diperoleh seorang ekstrovert ketika bertemu orang lain juga menjadikan mereka lebih sosial dan karismatik karena cukup mudah untuk menarik perhatian.

Melihat dari perbedaan yang signifikan tersebut tentunya dapat mempengaruhi para anggota tim ataupun organisasi dalam hal merespon para pemimpin.

Pemimpin yang introvert tentu lebih pasif dalam berkomunikasi dengan bawahannya.

Mereka akan menyampaikan semua informasi atau perintah seperlunya saja.

Untuk itu bawahan harus berinisiatif bertanya kepada atasan ketika mereka mengalami kebingungan.

Seorang pemimpin introvert akan berpikir bahwa tidak ada pertanyaan berarti dianggap tidak ada masalah.

Jika bawahan tidak gerak aktif maka bisa saja terjadi miskomunikasi dan akan menghambat dalam proses pencapaian tujuan.

Ketika bawahan memiliki seorang pemimpin yang ekstrovert mereka pasti berusaha untuk merespon atasannya sebaik mungkin untuk menghindari konflik.

Kecenderungan pemimpin ekstrovert dalam berkomunikasi sering diartikan bahwa semua ucapan mereka adalah perintah.

Bawahan harus melakukan klarifikasi terhadap atasan dikarenakan seorang extrovert akan cenderung berpikir keras sebelum mengatakan perintah.

Keberanian seorang extrovert dalam mengambil keputusan sekaligus resiko sering kali membuat mereka cepat dalam mengambil keputusan.

Maka, untuk menghindari miskomunikasi, bawahan harus melakukan klarifikasi dengan pemimpin tersebut.

Pemimpin extrovert tentunya dengan kepribadian aktif mereka tidak memiliki banyak kesabaran.

Mereka akan sangat bersemangat dalam menyampaikan ide-ide.

Hal ini menjadi salah satu kekurangan seorang ekstrovert karena mereka lebih ingin didengar daripada mendengar.

Untuk itu sebagai bawahan harus bisa menguasai kondisi ketika berhadapan dengan pemimpin mereka.

Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa, Gaya kepemimpinan seseorang sangat dipengaruhi oleh kepribadian yang dimilikinya.

Bagi seorang pemimpin, mengenali kepribadiannya sendiri adalah hal yang sangat penting agar kerjasama dengan tim dapat berjalan dengan efektif.

Kepribadian introvert dan ekstrovert tidak dapat dibandingkan secara mutlak untuk menentukan mana yang lebih baik, karena masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri.

Oleh karena itu, akan lebih baik jika seorang pemimpin mampu menyeimbangkan aspek-aspek dari kedua kepribadian tersebut dalam menjalankan perannya.

Dengan memahami dan mengoptimalkan kepribadian mereka, pemimpin dapat menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan harmonis. ***

*Penulis adalah Mahasiswa Program Sarjana (S-1)
Program Studi (Prodi) Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB)
Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta (UPNV YK)

*) Isi artikel ini menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya dalam Mata Kuliah Perilaku Organisasional

0 Komentar