Bekasi, growmedia-indo.com -
Reza Dwi Kurniawan, aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Universitas Pelita Bangsa dan Sofyan, aktivis lingkungan dari Forum Pengurangan Risiko Bencana, tengah bersiap untuk memulai misi penting di Desa Rido Manah, Kecamatan Cibarusah. Dengan semangat yang tinggi, keduanya bertekad untuk membantu masyarakat desa tersebut menyelesaikan permasalahan yang melibatkan isu lingkungan, sosial, dan ekonomi. 9 September 2024 .
Reza dan Sofyan datang ke Desa Rido Manah dengan membawa rencana konkret. Mereka melihat kondisi desa yang selama ini kurang mendapat perhatian serius dari pihak-pihak terkait. Dalam beberapa tahun terakhir, Desa Rido Manah mengalami berbagai masalah, mulai dari pencemaran lingkungan hingga ketimpangan sosial dan ekonomi. "Saya melihat ada urgensi untuk bertindak segera," ujar Reza dengan tegas.
Langkah pertama yang dilakukan Reza adalah menganalisis kondisi ekonomi desa tersebut. Ia mengikuti jejak para surveyor dari Kementerian Koperasi (Kemenkop) dengan cara terjun langsung, mendata pedagang kaki lima dan pendatang keliling di desa itu. "Saya ingin melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana kondisi ekonomi di desa yang tertinggal seperti ini," jelas Reza.
Namun, Reza menyadari bahwa sekadar mendata tidak akan cukup. Ia mengkritik lambannya respon dari pihak-pihak terkait dalam merealisasikan bantuan yang dibutuhkan oleh desa-desa seperti Rido Manah. "Jika tugas ini selesai tapi tidak ada aksi nyata dari Kemenkop atau instansi lainnya, saya siap pasang badan untuk membela desa-desa yang mengharapkan bantuan pemerintah," tegasnya.
Atas dasar inilah, Reza memutuskan untuk mengajak Sofyan, seorang aktivis lingkungan yang sudah berpengalaman dalam advokasi pengurangan risiko bencana, untuk bergabung dengannya dalam upaya ini. "Saya tahu Sofyan memiliki kemampuan dan komitmen yang sama untuk membantu masyarakat yang membutuhkan," tambah Reza.
Sofyan yang telah lama berkecimpung dalam isu-isu lingkungan dan mitigasi bencana, melihat kolaborasi ini sebagai kesempatan untuk berbuat lebih banyak. "Saya setuju dengan Reza. Permasalahan yang ada di desa ini perlu ditangani secara komprehensif. Kita tidak bisa hanya berfokus pada satu aspek saja," ujar Sofyan.
Sofyan berencana untuk memulai dengan mengidentifikasi potensi bencana yang ada di Desa Rido Manah, seperti banjir dan tanah longsor, serta mengajak warga desa untuk lebih sadar dan siap dalam menghadapi risiko tersebut. "Kita akan lakukan pelatihan mitigasi bencana, serta membangun sistem peringatan dini yang sederhana namun efektif," jelasnya.
Selain isu lingkungan, keduanya juga bersepakat untuk mengembangkan program pemberdayaan ekonomi. Mereka berencana mengajak masyarakat desa untuk memanfaatkan potensi lokal, seperti mengembangkan produk kerajinan tangan dan olahan pangan yang memiliki nilai jual tinggi. "Kami ingin ekonomi desa ini bergerak dan mandiri," kata Reza.
Mereka juga akan mengadakan pelatihan kewirausahaan bagi pemuda desa dan ibu-ibu rumah tangga. Dengan cara ini, mereka berharap dapat memberikan keterampilan yang dapat membantu masyarakat meningkatkan pendapatan mereka. "Kita ingin memberdayakan masyarakat agar mereka bisa berdiri di atas kaki mereka sendiri," ujar Sofyan.
Reza dan Sofyan menyadari bahwa tantangan yang mereka hadapi tidaklah mudah. Banyaknya permasalahan yang ada di desa tersebut memerlukan kesabaran dan kerja keras. "Kami di sini bukan untuk menyelesaikan semuanya dalam sehari. Ini adalah proses jangka panjang," jelas Reza.
Di tengah semangat yang menggebu, Reza menegaskan kembali sikapnya yang tegas terhadap pemerintah. "Jika kami telah melakukan semua ini dan pemerintah tetap tidak melakukan apa-apa, saya siap pasang badan. Masyarakat tidak bisa menunggu lebih lama," ujarnya dengan nada serius.
Sofyan juga menambahkan bahwa kolaborasi ini tidak hanya sebatas menyelesaikan permasalahan yang ada, tetapi juga untuk menciptakan kesadaran kolektif di kalangan masyarakat mengenai pentingnya peran aktif mereka dalam menjaga lingkungan dan membangun ekonomi yang lebih baik. "Kami ingin mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga lingkungan mereka," tambahnya.
Kedua aktivis ini juga berencana untuk mendirikan kelompok diskusi dan edukasi di setiap dusun di Desa Rido Manah. Tujuan utama dari kelompok ini adalah untuk membangun solidaritas antarwarga dan mengidentifikasi solusi bersama bagi setiap masalah yang mereka hadapi. "Kita harus membangun dari akar rumput," ujar Reza.
Untuk memperkuat program ini, mereka akan bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, dan komunitas lokal. "Kami ingin memastikan bahwa semua pihak terlibat dalam upaya ini," jelas Sofyan.
Reza dan Sofyan berharap program-program yang mereka jalankan dapat menjadi model bagi desa-desa lain yang mengalami masalah serupa. "Kami ingin membuktikan bahwa desa-desa tertinggal bisa bangkit jika ada niat dan usaha yang nyata," kata Reza dengan yakin.
Meski baru memulai langkah pertama mereka, optimisme Reza dan Sofyan terlihat jelas. Mereka percaya bahwa dengan kerja keras, kolaborasi, dan dukungan masyarakat, mereka bisa membawa perubahan yang berarti bagi Desa Rido Manah. "Ini baru permulaan, dan kami tidak akan berhenti sampai tujuan kami tercapai," ujar Sofyan.
Dengan sikap yang tegas dan visi yang jelas, Reza dan Sofyan membuktikan bahwa aktivisme bukan hanya soal suara keras di jalan, tetapi juga tindakan nyata di lapangan. Mereka berharap bisa menjadi inspirasi bagi banyak pihak untuk berbuat lebih banyak bagi masyarakat yang membutuhkan.
Dengan penuh semangat, Reza menutup, "Ini adalah langkah kecil untuk perubahan besar. Kami tidak akan berhenti sampai mimpi kami untuk desa ini terwujud."
(Reza)
0 Komentar