Garut, 09 September 2024. Pemotongan insentif yang diterima oleh para guru ngaji di Desa Simpangsari, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, baru-baru ini menjadi sorotan. Keputusan pemotongan ini membuat banyak pihak bertanya-tanya, terutama para guru ngaji yang bergantung pada insentif tersebut sebagai salah satu sumber penghasilan tambahan. Masyarakat setempat juga turut memperhatikan perkembangan ini, mengingat peran guru ngaji sangat penting dalam memberikan pendidikan agama kepada anak-anak dan masyarakat desa.
Pemotongan Insentif dan Reaksi Guru Ngaji
Menurut informasi yang beredar, insentif yang seharusnya
diberikan kepada para guru ngaji sebesar Rp 300.000 mengalami pemotongan
signifikan. Jika sebelumnya mereka menerima sejumlah uang yang cukup membantu
untuk kebutuhan sehari-hari, kini jumlahnya berkurang Rp. 100.000 sehingga
jumlah yang diterima Rp. 200.000. Guru ngaji yang biasa mendapatkan insentif
bulanan dari pemerintah desa merasa terkejut dan kecewa dengan kebijakan
tersebut.
Salah seorang guru ngaji, inisial Ustaz NI yang tidak mau
disebutkan namanya, menyampaikan bahwa pemotongan insentif ini berdampak besar
pada kehidupan sehari-harinya. "Kami mengajar anak-anak di desa ini tanpa
pamrih, tetapi insentif yang diberikan pemerintah sangat membantu kami. Dengan
adanya pemotongan ini, tentu saja akan menambah beban kami," ujar NI.
Beberapa guru ngaji lainnya yang sudah menerima maupun yang
belum menerimapun mengungkapkan hal serupa. Mereka berharap kebijakan ini dapat
segera dievaluasi dan diperbaiki demi kesejahteraan para guru yang telah
mengabdikan diri dalam memberikan ilmu agama kepada generasi muda.
Alasan Pemotongan dan Penjelasan Pemerintah Desa
Pemerintah Desa Simpangsari sampai saat ini belum memberikan
penjelaskan tentang pemotongan insentif dan guru ngaji yang belum menerima ini
dilakukan. Menurut salahsatu warga, beberapa kali mengunjungi kantor desa ingin
mempertanyakan hal ini, sampai saat ini belum bertemu dengan kepala desanya;
ujar RHN.
Harapan Masyarakat dan Solusi Jangka Panjang
Masyarakat Desa Simpangsari berharap agar pemotongan
insentif ini hanya bersifat sementara dan segera ada perbaikan dalam sistem
penganggaran desa. Mereka menilai bahwa peran guru ngaji sangat vital dalam
menjaga moral dan nilai-nilai agama di kalangan anak-anak dan remaja desa. Jika
insentif terus dipotong, dikhawatirkan motivasi para guru ngaji akan menurun.
Dalam jangka panjang, masyarakat berharap pemerintah desa
bisa mencari solusi yang lebih berkelanjutan, seperti merencanakan anggaran
yang lebih baik atau menggalang dukungan dari berbagai pihak. Bagaimanapun,
insentif yang layak bagi para guru ngaji adalah bentuk apresiasi atas
pengabdian mereka dalam mendidik generasi penerus bangsa.
0 Komentar