Konflik Tanah di Garut: Penggarap Lahan Ex-Perkebunan PTPN VIII Dirugikan oleh Oknum PTPN I

Garut, 17 Oktober 2024 - Puluhan anggota masyarakat Cileuleuy Desa Garumukti Kecamatan Pamulihan Kabupaten Garut, yang merupakan penggarap tanah ex-perkebunan PTPN VIII, baru-baru ini mendatangi Kantor Lembaga Bantuan Hukum dan Manajemen (LBHM) Seroja-24 di Jalan Guntur Kencana Garut. Mereka merasa telah diintimidasi dan dirugikan oleh beberapa oknum pegawai PTPN VIII (sekarang PTPN I) yang bekerjasama dengan oknum preman dan cukong tanah dari luar daerah Cileuleuy.

Ketua kelompok masyarakat penggarap yang diwakili Cucu (45) mengungkapkan bahwa mereka telah mengelola 11 Ha lahan ex-perkebunan PTPN VIII Sedep blok Pasir Nyumput sejak tahun 2020. Mereka telah mengeluarkan biaya besar untuk membuka lahan tersebut agar bisa ditanami dengan baik dan produktif. Namun, ketika lahan tersebut sudah produktif, lahan tersebut diambil alih oleh pihak lain tanpa pemberitahuan, menyebabkan protes dari para penggarap.

Salah satu kuasa para penggarap, MS Suyetno, S.Sos., SH, menjelaskan bahwa para penggarap adalah pejuang ekonomi yang mencoba menjalin kerjasama dengan pihak kebun Sedep Ex-PTPN VIII untuk bertahan hidup. Mereka berjuang untuk mengelola lahan yang tidak produktif menjadi lahan yang memberi kehidupan bagi mereka, namun mereka dirugikan oleh oknum yang hanya mengejar keuntungan pribadi.

Menurut Redi (37), sebagian lahan yang mereka kelola telah mendapat izin pengelolaan berdasarkan PKS, namun pihak lain dari luar daerah mengklaim memiliki PKS yang sama dan mencoba merebut lahan dengan cara paksa. Para penggarap merasa diancam akan dilaporkan kepolisian.

Direktur LBHM Seroja-24, sebagai kuasa para penggarap, menyatakan siap untuk mendampingi masyarakat penggarap tersebut dalam persidangan apapun. Dia mempertanyakan mengapa masyarakat harus diganggu dan dikriminalisasi, serta menantang pemerintah untuk menyelidiki kasus ini lebih lanjut.

Ini merupakan gambaran singkat dari konflik tanah yang sedang terjadi di Garut, dimana para penggarap merasa dirugikan dan berjuang melawan oknum yang mencoba merebut lahan yang telah mereka kelola dengan susah payah.

0 Komentar