Soni Hercules & Iwan Boncel Diduga Koordinir Tambang Ilegal, Aparat Tutup Mata!
Bangka Barat, Growmedia-indo,com– Penambangan ilegal menggunakan Ponton Isap Produksi (PIP) di kawasan lindung hutan bakau/mangrove perairan DAS Belo Laut berlangsung leluasa tanpa hambatan. Jum'at (14/2/2025).
Diduga kuat dikoordinasi oleh Soni “Hercules” dan Iwan Boncel, aktivitas ini telah merusak lingkungan selama lebih dari dua bulan tanpa tindakan tegas dari Polres Bangka Barat, Polda Kepulauan Bangka Belitung, maupun Gakkum KLHK.
Publik pun curiga, apakah ada aliran setoran yang membuat para pelaku kebal hukum?
Ketika jejaring media KBO Babel mengonfirmasi Kapolres Bangka Barat, AKBP Ade Zamrah, responsnya justru mengecewakan.
Dengan nada datar, ia hanya berujar, “Terima kasih infonya, kita cek.” Sebuah jawaban klise yang kerap muncul dalam kasus-kasus serupa, seolah hanya untuk meredam pemberitaan tanpa tindak lanjut nyata.
Sikap serupa ditunjukkan oleh Soni Hercules yang memilih bungkam ketika dikonfirmasi awak media KBO Babel.
Tak ada respons, seakan aktivitas tambang ilegal ini memang mendapat restu dari aparat setempat.
Jika tidak ada perlindungan dari pihak berwenang, mengapa mereka begitu berani beroperasi secara terang-terangan?
Sementara itu, Iwan Boncel justru membantah dirinya sebagai koordinator PIP di Belo Laut.
Dalam pesan suara yang dikirimkan ke KBO Babel, ia mengklaim telah lama berhenti dan menuding ada pihak lain yang bermain.
“Haram demi Allah, saya tidak bekerja di situ. Itu fitnah kalau saya disebut sebagai koordinator. Silakan cek di lapangan, saya sudah lama off (berhenti-red). Di Bangka Barat ini bukan cuma saya saja, (Penambang-red),” kilahnya dalam pesan suara yang diterima Kamis malam (13/2/2025).
Namun, rekam jejaknya berbicara lain. Nama Iwan Boncel sudah lama dikenal sebagai pemain tambang ilegal yang berani “bermain” dengan oknum aparat.
Ia bahkan pernah dikaitkan dengan mencatut nama Kapolres Bangka Barat untuk mengamankan operasinya.
Kerusakan lingkungan Mangrove di DAS Belo Laut akibat aktivitas ilegal ini semakin parah, namun aparat seakan pura-pura buta.
Mangrove yang berfungsi sebagai benteng ekosistem pesisir dihancurkan tanpa konsekuensi bagi para pelaku.
Jika kondisi ini terus dibiarkan, publik akan semakin yakin bahwa ada kongkalikong di balik pembiaran ini.
Masyarakat kini menanti jawaban konkret: akankah aparat benar-benar bertindak tegas, atau justru terus mempertontonkan hukum yang hanya tajam bagi rakyat kecil, tapi tumpul bagi mereka yang “membayar”
Posting Komentar